Selebrasi Elang Kepala Dua Xhaka dan Shaqiri Letupkan Memori Konflik Balkan

Selebrasi Elang Kepala Dua Xhaka dan Shaqiri Letupkan Memori Konflik Balkan
Xherdan Shaqiri merayakan gol penentu kemenangan Swiss (Associated Press Photo)

Stadion Kaliningrad, atau lebih dikenal sebagai Arena Baltika, yang bertempat di pulau Oktyabrsky, Kaliningrad, Russia. Stadion sepakbola yang menjadi markas dari FC Baltika Kaliningrad menjadi saksi pertarungan Serbia kontra Swiss di ajang Piala Dunia 2018, yang waktu kick-off nya berlangsung pada 23 Juni 2018 pukul 01.00 dini hari WIB. Pertandingan ini adalah pertemuan bersejarah, menjadi pertemuan pertama antara Serbia dan Swiss. Sebelumnya, ketika Serbia masih tergabung dalam negara Yugoslavia, menghadapi Swiss dalam 13 kali pertemuan dengan rekor menang enam kali, seri lima, dan sisanya sebanyak dua kali dimenangkan oleh Swiss.

Pada awal-awal permainan di babak pertama, sepertinya sejarah akan berulang untuk peruntungan Serbia. Tampil agresif sejak peluit babak pertama ditiupkan, sang ujung tombak Aleksandar Mitrovic mampu menyundul bola hasil umpang silang Dusan Tadic dari sayap kanan Serbia. Skor pun berubah 1-0 untuk keunggulan Serbia. Namun, rupanya gol cepat Serbia menghentak para pemain Swiss. Tempo permainan pun meningkat drastis. Kedua tim silih berganti saling melakukan serangan. Namun, keseruan pertandingan belum mampu mengubah kedudukan, hingga akhir babak pertama, kedudukan masih untuk keunggulan gol semata wayang Serbia.

Babak kedua, Swiss yang semakin agresif menggedor pertahanan Serbia berhasil menembus kebuntuan. Pada menit ke-52 Granit Xhaka yang memperkuat klub Arsenal berhasil menyamakan kedudukan lewat tendangan kerasnya dari luar kotak penalti Serbia. Luncuran keras bola mengarah ke sisi kiri tanpa mampu diantisipasi oleh Vladimir Stojkovic, sang penjaga gawang. 

Granit Xhaka merayakan gol yang menyamakan kedudukan menjadi imbang lawan Serbia (Associated Press Photo)
Granit Xhaka merayakan gol yang menyamakan kedudukan menjadi imbang lawan Serbia (Associated Press Photo)

Keberhasilan menyamakan kedudukan ini membuat Swiss semakin menggila, dan akhirnya di penghujung waktu permainan, tepatnya di menit ke-90, Xherdan Shaqiri yang mengawali lari kencangnya dari tengah lapangan mampu mematahkan jebakan offside, menerima umpan terobosan serangan balik cepat dari Mario Gavranovic yang masuk menggantikan Haris Seferovic di awal pertandingan babak kedua. Dusco Tosic yang seharusnya menjaga pergerakan Shaqiri hanya mampu membayangi lesatan lari Shaqiri yang terus melaju sambil membawa bola hingga ke kotak penalti, tanpa mampu menyetopnya menyeploskan bola ke gawang. Swiss membalikkan kedudukan, menjadi unggul 2-1 atas Serbia. Pencapaian ini menjadikan Swiss sebagai tim pertama di laga Piala Dunia 2018 yang mampu menang setelah sebelumnya tertinggal terlebih dahulu.


bendera Albania
bendera Albania

Selebrasi pembuka luka lama
Namun, bukan saja gol-gol cantik serta keseruan jalannya pertandingan diantara kedua tim yang menjadi pembahasan. Selebrasi pemain pencetak gol Swiss yang menjadi sorotan perhatian. Setelah mencetak gol, Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri melakukan perayaan gol yang mengundang emosi pemain serta suporter Serbia dan pendukung Albania. Keduanya membuka kedua telapak tangan, dan memperlihatkan punggung telapak tangan di dada dengan kedua jempol merapat, membentuk simbol elang kepada dua yang merupakan simbol Albania. Kedua jempol melambangkan kedua kepala elang, sementara jari-jari yang melebar sebagai simbol kepakan sayap sang elang. Ya, kedua pemain ini memiliki darah Albania.
Walau berdarah Albania, tapi keduanya tumbuh besar di Swiss, sebagai imbas dari konflik Kosovo yang mendera setelah tercerai-berainya negara induk mereka, Yugoslavia. Yugoslavia dulunya adalah gabungan negara dan multi-etnis, seperti Serbia, Kroasia, Montenegro, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, dan Makedonia, serta Kosovo. Setelah runtuhnya komunisme dan Uni Soviet, Yugoslavia pun turut hancur dan terpecah menjadi pecahan negara-negara yang mewakili masing-masing etnis tersebut. 
Etnis Albania yang mendominasi Kosovo memberontak untuk memisahkan diri dari Serbia dan bergabung dengan Albania, Serbia yang tidak menerima pemberontakan itu pun melancarkan agresi militer sehingga perang dan kekerasan pun pecah. Xherdan Shaqiri lahir di Kosovo. Kedua orang tuanya yang etnis Albania pun berasal dari Kosovo. Bahkan, ayah sang pemain yang memperkuat lini tengah Stoke City ini pernah dipenjarakan oleh pemerintah Yugoslavia kala itu karena aktif melakukan kampanye yang menyuarakan kemerdekaan Kosovo. Xhaqiri pun tidak pernah melupakan asal-usulnya dari Kosovo dengan mengabadikan Bendera Kosovo di sepatu bola yang dipakainya.
Sepatu kirinya dengan lambang bendera Swiss, negara yang diperkuatnya, sementara di sepatu kanannya dengan bendera Kosovo, asal-usulnya. Hal ini, diakuinya menjadi penambah semangatnya ketika bertanding. Bahkan, ketika pengundian grup penyisihan Piala Dunia 2018 yang berlangsung di Moskow pada 1 Desember 2017 dan telah diketahui bahwa Swiss berada satu grup dengan Serbia, Xhaqiri yang juga pernah memperkuat klub Bayern Munchen ini pun telah menantikan pertandingan tersebut. Golnya ke gawang Serbia seolah sebagai luapan emosi yang terbawa sejak konflik Kosovo yang meluluhlantakkan keluarganya.
Selain Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka, ada juga beberapa pemain lain yang membawa sentimen Albania dan konflik Kosovo dalam pertandingan melawan Serbia. Pemain tengah Valon Behrami yang memperkuat klub asal Italia, Udinese juga lahir di Kosovo. Sementara Blerim Dzemaili yang memperkuat klub Bologna, walau lahir di Makedonia, tapi berbahasa ibu Albania, membuat keberadaan pemain yang memiliki hubungan dengan Albania cukup untuk menjadikan pertandingan melawan Serbia lebih dari sekedar pertandingan sepakbola. 
Bagi warga Kosovo sendiri, pertandingan ini jelas menjagokan Swiss. Menurut mereka, Swiss adalah tim nasional ketiga yang mereka dukung, setelah tim Kosovo dan Albania. Tidak heran bila kemenangan Swiss atas Serbia terasa sangat manis dan disambut dengan gegap gempita oleh warga Kosovo serta Albania.
Bendera Swiss dan Kosovo di sepatu Xherdan Shaqiri (www.thetimes.co.uk)
Bendera Swiss dan Kosovo di sepatu Xherdan Shaqiri (www.thetimes.co.uk)

Politisi menanggapi pertandingan
Tidak tanggung-tanggung, Hashim Thaci, Presiden Kosovo mengatakan bahwa dirinya 'bangga' terhadap pencapaian kemenangan atas Serbia, seraya menambahkan bahwa seluruh Kosovo mencintai para pemain tersebut. Perdana Menteri Albania, Edi Rama, juga turut merayakan kemenangan tersebut. Sang PM membagi foto ketika Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri melakukan selebrasi dengan gestur 'elang kepala dua' di akun facebooknya. 
Sementara, media Serbia kompak mengatakan bahwa selebrasi tersebut merupakan bentuk provokasi yang memancing amarah warga Serbia. Tidak ketinggalan, Asosiasi Sepakbola Serbia pun melakukan protes terhadap aksi selebrasi tersebut, sepatu yang dipakai Xhaqiri, serta pengibaran bendera Albania oleh suporter selama pertandingan. 
Tensi panas pertandingan ini bukanlah kali pertama yang memperlihatkan perseteruan pahit antara Serbia dan Albania. Pada 14 Oktober 2014, pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2016 antara Serbia melawan Albania di stadion Partizan, Belgrade, Serbia, terpaksa dibatalkan oleh wasit Martin Atkinson asal Inggris, setelah sempat ditunda selama beberapa waktu. 
Aksi tawuran antar pemain Serbia dan Albania di lapangan, diikuti juga oleh aksi keributan oleh kedua suporter di stadion, dipicu oleh drone yang terbang di atas lapangan dengan mengibarkan bendera Albania. Bendera tersebut kemudian diturunkan oleh pemain bertahan Serbia, Stefan Mitrovic. Kemudian, keributan massal pun tidak terelakkan.
Stefan Mitrovic turunkan paksa bendera Albania (www.geomovies.it)
Stefan Mitrovic turunkan paksa bendera Albania (www.geomovies.it)

Artis cantik pun sambut kemenangan atas Serbia
Kemenangan Swiss atas Serbia pun memberikan kebahagiaan bagi artis cantik Dua Lipa. Banyak yang tidak mengetahui, bahwa penyanyi yang bermukim di London ini memiliki darah Albania dan sempat bermukim di Kosovo. Keluarganya pindah ke London untuk memenuhi hasrat Dua Lipa mengejar karir sebagai artis penyanyi, disaat terjadinya konflik Kosovo. Walau sekarang telah menetap di London, tapi Dua Lipa tidak pernah melupakan asal-usulnya. "You can take the girl out of Kosovo, but you can't take Kosovo out of the girl," demikian tegasnya. Ya, walau Dua Lipa tidak lagi menetap di Kosovo, namun Kosovo tidak pernah akan bisa dikeluarkan dari hatinya.
Dua Lipa dan simbol tangan menggambarkan lambang Albania (youtube)
Dua Lipa dan simbol tangan menggambarkan lambang Albania (youtube)

Selain Dua Lipa, artis penyanyi terkenal lainnya yang juga memiliki darah Albania adalah Rita Ora. Rita Ora lahir di Albania, dan kedua orang tuanya pun etnis Albania. Rita Ora dan keluarganya pindah ke London ketika Rita masih kecil.
Wah, ternyata ada sejarah pahit dari pertemuan Swiss melawan Serbia. Kemenangan Swiss ini menempatkannya di posisi kedua di grup E dibawah Brazil dengan poin empat. Pertandingan terakhir di grup ini dipastikan akan berlangsung semakin seru. Serbia yang harus menang melawan Brazil tentu tidak ingin harga diri mereka dilecehkan oleh Albania dan Kosovo yang pasti mendukung Swiss mengalahkan Kosta Rika sekaligus mengubur asa Serbia melaju ke babak kedua, sebagai pembalasan dari derita menyakitkan konflik Kosovo.[###]

*Tulisan ini juga telah dimuat di kompasiana.com dengan judul yang sama.